Jumat, 06 November 2009

Sujiwo Tejo Akan Pentaskan "Dongeng Cinta Kontemporer II"

JAKARTA, KOMPAS.com - Sukses menyelenggarakan pementasan pertama Dongeng Cinta Kontemporer I, dalang Sujiwo Tejo kembali akan menggelar Dongeng Cinta Kontemporer II bertajuk "Kasmaran Tak Bertanda" yang akan dipentaskan pada 13-14 November 2009, di Gedung Kesenian Jakarta (GKJ).

Pementasan Dongeng Cinta kali ini mengangkat tema terkait dengan bagaimana timbulnya hasrat dalam diri seseorang untuk mencintai dan dicintai. "Kenapa saya mengangkat tema cinta? Bagi saya, cinta merupakan hal paling terpenting dalam hidup," ujar Sujiwo Tejo.

Sujiwo mengisahkan, cerita bermula dari kisah tokoh pewayangan yaitu Dewi Ambo dan Bisma. Lakon pewayangan itu digambarkan kehidupan pasangan yang sedang mengalami dilema. Seseorang yang awalnya menginginkan pasangannya berkembang, baik dalam karir maupun aktivitas sosialnya. Namun akhirnya berujung pada satu kecemburuan besar terhadap perkembangan karir maupun juga pada aktivitas sosial pasangannya.

Dalam pementasan kali ini Sujiwo Tejo ingin meyampaikan pesan bahwa seseorang bisa saja merasa kasmaran ataupun jatuh cinta, karena pada dasarnya di satu pihak cinta itu memang tidak bertanda, tetapi di lain pihak cinta bisa mengisyaratkan tanda yang sebaliknya yaitu dendam atau kebencian.

"Cinta memang aneh. tapi itulah cinta yang terkadang sulit untuk diartikan," kata Sujiwo Tejo.

Didukung oleh 40 pemain, selama 90 menit penonton diharapkan bisa menikmati konflik-konflik yang nantinya akan dibungkus dalam aksi teatrikal dan paduan suara dari Universitas Parahyangan, sekaligus dibalut dalam olahan warna musik indie jazz, "campur sari", jazz, blues, progresif, pop, rock, serta ditambah dengan elemen-elemen musik etnik hasil aransemen dari pemusik Satria Krisna dan Marusya Nainggolan.

Berbeda dengan pementasan sebelumnya yang mengajak penonton untuk berpartisipasi dalam alur cerita. Namun untuk pementasan pewayangan kali ini mempunyai misi yaitu, menyemai kembali optimisme kita yang mulai meragukan sumber energi paling dasar dalam kehidupan manusia adalah kemurnian cinta.

Jumat, 23 Oktober 2009

Indonesia Live at Lapangan D Senayan

JAKARTA, KOMPAS.com — Menyemarakkan Hari Sumpah Pemuda, 28 Oktober mendatang, sebuah konser musik akbar akan dihajat di tengah jantung Kota Jakarta, tepatnya di Lapangan D, Senayan, Jakarta, pada 31 Oktober 2009. Konser musik bertema "Indonesia Live" itu akan menghadirkan para penyanyi dan grup band dari beragam corak, dari musik rock, pop, dangdut hingga reggae.

"Tak sekadar menampilkan musik, konser ini juga akan menghadirkan atraksi tarian dari kesenian tradisional. Harapannya, momen ini bisa mewadahi keinginan untuk mempersatukan musik, pencinta musik, juga seni tradisi dalam sebuah venue yang penuh perdamaian," kata Yudhis Tjoe dari Fame, selaku penyelenggara "Indonesia Live", di Jakarta, kemarin.

Di luar grup papan atas, seperti GIGI, BIP, dan Yovie & Nuno, sederet anak band yang konsisten memainkan musik di genre pilihannya juga akan unjuk gigi, seperti halnya Saint Loco, Gangsta Rasta, Visual Band, Pain Killer, EXO, Pace Rasta, The Upstairs, Superman Is Dead, dan Tony Q. Nama terakhir ini sudah lama dikenal malang melintang di jalur reggae. Di dangdut ada Ridho Rhoma dengan Sonet 2 band-nya, Rio Febrian, dan Mahadewi.

Menurut Yudhis Tjoe, acara ini hanya membanderol tiket masuk seharga Rp 10.000. Sementara bagi pelanggan Telkomsel bisa masuk cuma-cuma. Konsernya sendiri rencananya akan berlangsung dari pukul 10.00 hingga pukul 22.00

"Harapan besarnya, Indonesia Live menjadi wahana bagi bertemunya para pencinta musik yang cinta damai. Cinta akan musik Indonesia, cinta terhadap grup musik pujaannya dan tentunya juga cinta pada seni tradisi dan Tanah Air tanpa dibatasi sekat-sekat," ujarnya.